Bencana Lombok, Bencana Kita Semua

Indonesia adalah negara yang dikelilingi cincin api. Karenanya, bencana alam seperti gempa bumi atau gunung meletus bisa terjadi kapan saja. Seperti yang terjadi baru-baru ini, gempa bumi  yang terjadi pada hari Minggu tanggal 5 Agustus 2018 di Lombok yang berkekuatan tujuh skala richter. Gempa tersebut tidak hanya memporak-porandakan banguan dan rumah –rumah yang berdiri di atas tanah Lombok, namun juga memakan korban jiwa para penduduknya yang jumlahnya mencapai ratusan.  Gempa bumi tersebut merupakan gempa utama dari rangkaian gempa bumi di Pulau Lombok sejak gempa awalan 6,4 SR akhir Juli lalu. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir peringatan terjadinya tsunami akibat gempa ini. Sebanyak 132 gempa susulan terjadi hingga hari Senin tanggal 6 Agustus 2018. Menurutp BNPB (Badan Nasional Penganggulangan Bencana), kerugian ekonomi yang diderita oleh Lombok mencapai Rp 1 triliun. Karena keadaan yang masih belum aman, banyak pasien-pasien yang menderita luka akibat gempa tersebut  dirawat di dalam tenda. Akibat gempa tersebut juga banyak wisatawan yang membatalkan perjalanannya ke Lombok. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, memperkirakan, gempa bumi tektonik yang terjadi di daerah Pulau Lombok, Provinsi NTB, pada Minggu malam (5/8/2018) berasal dari zona sesar yang sama dengan gempa yang terjadi pada Minggu (29/7/2018).
"Kejadian gempa bumi sekarang diperkirakan diakibatkan oleh sesar atau patahan aktif jenis sesar naik pada zona sesar busur belakang Flores (Flores Back Arc)," kata Kepala PVMBG, Kasbani, di kantornya, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (6/8/2018).
Penanggulangan bencana yang dilakukan oleh pemerintah terhadap bencana gempa di Lombok ini bisa dibilang setara dengan penanggulangan bencana nasional. Duka Lombok adalah duka kita semua. Besarnya korban jiwa yang ditimbulkan oleh bencana tersebut sangatlah besar.
Saya sendiri adalah orang yang cukup acuh dengan berita-berita di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan politik. Tidak adanya televisi di kosan saya makin membuat saya semakin apatis terhadap pemberitaan. Satu-satunya sumber berita saya adalah dari internet, terutama sosial media. Saya pertama mengetahui berita gempa Lombok tersebut melalui sosial media Facebook. Saya tidak terlalu terkejut melihat berita tersebut karena saya sendiri sudah mengetahui jikalau pulau-pulau di Indonesia memang rawan terkena bencana, terutama gempa bumi. Namun, setelah mengetahui besarnya gempa dan banyaknya korban cukup membuat saya tertarik dengan bencana gempa di Lombok tersebut. Menurut salah satu sumber berita, korban dari bencana gempa di Lombok tersebut mencapai lebih dari 500 orang. Di tengah bencana gempa tersebut, ternyata masih ada saja oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mengaitkannya dengan politik. Akhir-akhir ini para pelaku politik memang cukup gencar dalam mempromosikan diri mereka terutama karena menjelang tahun 2019 dimana akan diadakan pemilihan presiden. Pemberian bantuan terhadap korban gempa Lombok dijadikan sebagai ajang mempromosikan diri para politisi agar citra mereka meningkat di mata masyarakat. Memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun bukankah lebih baik jika pemberian bantuan tersebut dilakukan secara ikhlas tanpa embel-embel politik. Selain politik, muncul juga banyak berita-berita hoax yang cukup meresahkan di tengah hiruk-pikuk masyarakat korban gempa Lombok yang sibuk kesana-sini mencari kerabat ataupun bantuan agar mereka bisa bertahan hidup. Hoax-hoax yang muncul antara lain adalah info tentang akan adanya gempa susulan. Berita-berita hoax tersebut membuat warga menjadi takut untuk tinggal dirumah dan lebih memilih untuk meninggalkan kediaman mereka menuju ke tempat yang lebih aman. Namun ternyata, rumah-rumah yang ditinggalkan tersebut menjadi sasaran para pelaku kejahatan untuk mengambil harta benda yang tertinggal di dalamnya. Ternyata berita-berita hoax tersebut sengaja dibuat oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab agar mereka bisa mendapatkan keuntungan sendiri. Tentu hal tersebut sangat memilukan. Di tengah-tengah hebohnya bencana yang memakan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerugian materiil yang besar, masih ada saja orang yang tega melakukan kejahatan seperti membuat hoax dan melakukan pencurian untuk keuntungan mereka sendiri.
Bencana gempa yang terjadi di Lombok  adalah bencana kita semua. Sebagai sesama rakyat Indonesia, sudah sepantasnya kita saling membantu jika ada saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan. Atas dasar hal terseut, kelompok saya yang terdiri atas 3 orang mulai menggalang dana bantuan dengan arahan dari dosen kami. Memang awalnya kami merasa malas untuk melakukannya dan bingung bagaimana caranya kami bisa mengumpulkan uang. Karena kesibukan kuliah dan tugas-tugas juga, kami jadi semakin kehilangan motivasi untuk menggalang dana bantuan untuk korban bencana Lombok. Namun karena memikirkan bahwa kita harus memberikan bantuan kepada para korban tersebut, kami mulai mencoba menggalang dana dengan cara kami sendiri. Kami bersama dengan kelompok lain mencoba menggalang dana bantuan di tempat yang ada banyak orang. Kami bersama-sama menuju ke Masjid Agung Jawa Tengah. Di sana kami mulai menggalang dana. Awalnya memang kami merasa gengsi dan malu. Ada juga rasa takut jikalau nanti orang-orang akan berprasangka buruk terhadap kegiatan yang kami lakukan ini. Namun kami berusaha mnyingkirkan pikiran-pikiran negatif tersebut dan mencoba mendekati dan mendatangi orang-orang yang berlalu lalang di Masjid Agung Jawa Tengah tersebut. Orang pertama yang kami datangi menolak untuk memberikan bantuan. Karena hal tersebut kami jadi agak malu untuk melanjutkan kegiatan tersebut. Kemudian kami mencoba lagi untuk mencari orang lain yang ada di sekitar. Saya mencoba mengumpulkan keberanian saya untuk mendekati dan mencoba meminta sumbangan dari orang yang sedang berjalan-jalan di sana. Ternyata ada orang yang terbuka hatinya dan segera mengeluarkan uang untuk memberikan sumbangannya kepada saya. Saya dan kelompok merasa cukup senang karena usaha kami tidaklah sia-sia. Setelah mendapat sumbangan pertama tersebut, kami menjadi lebih bersemangat untuk melanjutkan penggalangan dana. Memang dana yang kami kumpulkan tidaklah banyak, namun paling tidak kami bisa memberikan bantuan kepada para korban gempa di Lombok.
Doa-doa selalu mengalir dari seluruh warga Indonesia untuk para korban bencana gempa bumi di Lombok. Doa agar yang terluka diberi kesembuhan, doa agar yang kehilangan bisa mengikhlaskan, doa agar yang kehilangan nyawa bisa tenang di alam sana, doa agar bencana yang sebesar itu tidak terjadi lagi. Betapa mengerikannya jika alam “mengamuk” dan menunjukkan “kekuatannya”. Kita sebagai manusia yang lemah hanya bisa pasrah ketika diterpa guncangan gempa berkekuatan besar dan hanya bisa maratap ketika diterjang oleh gelombang ombak yang menggulung merusak apapun yang ada di hadapannya. 

Posting Komentar